Kamis, 27 Januari 2011

Menjadi Remaja Islam yang Tangguh

Sungguh benar, pernyataan dalam hadits, bahwa salah satu anak manusia yang sukses mendapat perlindungan khusus di padang Mahsyar adalah pemuda shalih.
"Permuda yang hatinya terikat dengan masjid..." juga, "Pemuda yang tumbuh berkembang dalam ketaatan kepada Allah. "
Pemuda masjid, remaja Ahli Ibadah, memang makhluk langka. Karena itu adalah usia di mana seluruh elemen dalam tubuh, seluruh unsur manusia dalam diri manusia ini, menuntut untuk diberi pengakuan, dan memaksa untuk diberi kepuasan. Segala kepentingan diri yang di masa kanak-kanak berenang-renang di alam khayal, di masa remaja dituntut menjadi nyata.
Sungguh sulit, menjadi orang shalih, di tengah lingkungan serba mengajak bermaksiat. Lebih sulit lagi menjadi remaja shalih, karena keremajaan selalu diidentikkan dengan puncak ketidakstabilan. Saat insting kenakalan sedang liar-liarnya. Menjadi remaja shalih berarti mengekang kuda liar agar menjinak, dan ditunggangi dengan nyaman. Untuk menjadi remaja yang tangguh, kamu perlu belajar menjadi joki yang baik.
Belajar Memahami Realitas
Remaja, seperti digambarkan dalam sebuah iklan rokok: memandang setiap bahaya sebagai petualangan. Dunia remaja, sering melambungkan angan-angan menembus batas realitas. Mereka ingin menjadi siapa saja, dan menjelma menjadi apa saja, sementara mereka belumlah apa-apa. Hasrat dan keinginan seringkali melampaui kapasitas diri dan kemampuan. Maka remaja adalah pribadi yang paling sering lupa daratan. Hidupnya sering di awang-awang. Lebih layak disebut pengkhayal ketimbang sekadar pemimpi kesiangan. Untuk bisa berkwalitas, seorang remaja ternyata harus memaksa diri, turun ke dunia nyata.
Contohnya, ketimbang mempelajari hal-hal yang nyata dan kongkrit: mempelajari rumus-rumus matematika agar menjadi pelajar yang cerdas, menghapal Al-Quran agar menjadi seorang hafizh, menekuni pekerjaan tertentu agar menjadi seorang pakar, kebanyakan remaja justru lebih memilih membaca komik, novel, dan buku-buku cerita seru!
Saat membaca dan tenggelam dalam buku-buku itu, mereka seolah-olah berubah menjadi tokoh yang mereka baca. Secara tiba-tiba saja mereka merasa berbakat seperti ninja dari Desa Konoha kayak dalam kisah Naruto, atau Kenshin Himura, atau menjadi calon petualang hebat seperti Old Satherhand dalam buku karya Dokter Karl May, atau menjelma tiba-tiba menjadi mirip Mahesa Jenar dalam Nogo Sostro Sabung Inten, atau malah si gila Wiro Sableng. Dunia-dunia khayal itu seolah-olah menjadi nyata, dan sepertinya mereka sedang terlibat di dalamnya. Tanpa terasa, mereka bahkan seperti memiliki kemampuan ajaib, tubuh mereka menjadi kuat, dan 'tenaga dalam' bergolak diam-diam dalam tubuh mereka. Mereka berharap akan bertemu manusia-manusia sakti seperti Hatake Kakashi, gurunya Naruto, atau Seijuro Hiko, master jurus Hiten Mitsurugi-nya Kenshin, untuk mengangkat mereka sebagai murid. Karena tulang mereka bagus, bakat mereka melangit. Komik-komik itu membuat mereka mengkhayalkan apa saja, sementara mereka adalah mereka. Saat sadar, mereka baru teringat bahwa mereka hanya remaja-remaja berbadan ceking, atau malah gembrot, yang sedang duduk di sebuah toko komik, dan membolos sekolah! Mengenaskan.
Duhai, mereka ternyata hanya remaja-remaja yang pemalas, yang hanya bisa berfantasi, dan selalu menjadi pecundang di dunia nyata:
Jadilah orang yang rajin, jangan malas. Setiap kemalasan, ujungnya pasti penyesalan..
Maka, remaja yang tangguh adalah yang bergerak di alam nyata. Yang ada di hadapan mereka, itulah yang mereka tatap dengan semangat. Mereka belajar, bekerja, beraktivitas, dan berusaha merengkuh segala yang mampu mereka rengkuh. "Mumpung masih muda, saya harus melalukan segala hal yang terbaik. Saat tubuh sudah rapuh, saya tak akan mampu melakukannya lagi." Itu tekad pemuda sejati.

Menjaga Identitas Diri
Jangan malu mengaku sebagai manusia, mengaku sebagai remaja, dan mengaku sebagai muslim. Itu sikap yang harus dimiliki setiap remaja beriman.
Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. (Ali Imran : 19)
Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang rugi. (Ali Imran : 85)
Jagalah identitas asli kita sebagai manusia, sebagai remaja, dan sebagai pemeluk agama Islam. Soal gaul, modis, trendi, itu hanya pelampiasan dari orang-orang yang kehilangan identitas diri. Sekolah, bukan tempat yang harus dibenci. Masjid, jangan menjadi lokasi yang paling dijauhi. Buku-buku pelajaran, kitab kumpulan hadits dan dzikir, Al-Quran sebagai Kitab Suci, harus menjadi sesuatu yang paling banyak menemani kita. Merasalah malu, bila kamu jauh dari semua itu. Saat kamu berhasil melakukan itu, semua teman dan lawan akan menghormati kamu. Siapa pun akan merasa segan kepada kamu. Tapi saat kamu larut dalam gelombang kehidupan remaja, tak ada orang yang akan menganggap kamu hebat dan punya segalanya. Menjadi populer, beken dan banyak teman pun kamu tak lantas dihormati. Bahkan akan lebih banyak yang mencibir diam-diam. "Orang beken, tapi goblok, malu-maluin!"
Manusia menjadi mulia karena sadar bahwa sebagai manusia ia hanya ciptaan, bukan pencipta. Ia hanya penyembah, bukan yang disembah. Dari kesadaran itu, kita akan tahu bahwa isi hidup kita tak mungkin lari dari tugas-tugas sebagai hamba Allah. Wah, betapa beratnya tugas kita sebagai pemuda. Saat glamour kehidupan remaja masa kini semakin menjanjikan sejuta keindahannya, kita justru berlari ke tepi sejadah, bersujud dan merunduk pasrah di hadapan Allah. Saat kebanyakan teman-teman kita sedang tertawa riang menyaksikan pentas-pentas remaja, kita justru asyik masyuk dengan dzikir dan wirid seusai shalat. Tapi yakinlah, di situlah letak kebahagiaan sejati. Lihatlah, setelah bersuka ria, mereka akan pulang dengan lunglai, seperti kehabisan darah. Saat kembali ke dunia nyata, mereka baru sadar bahwa apa yang mereka lakukan hanya kesia-siakan belaka.

Membentuk Lingkungan Sendiri
Untuk menjadi remaja yang tangguh, jangan rela dibentuk oleh lingkungan. Berusahalah untuk membuat dan menciptakan lingkungan. Sebagai remaja muslim, ubahlah label di setiap hal yang melingkari Anda menjadi islami.
Kalau engkau memperturuti (keyakinan atau amalan) kebanyakan manusia di bumi ini, pasti mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. (Al-An'aam : 116)
Kita boleh tinggal di tempat berbeda-beda, memiliki kawan dan kenalan di mana-mana, berpindah ke mana saja kita dibawa orang tua kita. Tapi setiap kita menemui sebuah lingkungan, kita harus mampu menguasainya. Jangan mudah larut oleh suasana lingkungan, tapi buatlah agar lingkungan itu terpengaruh dengan kehadiran kita. Caranya sesungguhnya mudah saja. Buat saja aktivitas, kebiasaan seperti yang sudah biasa kita lakukan. Selama itu baik dan benar, lakukan saja. Biarlah kebanyakan orang di lingkungan itu tidak terbiasa melakukannya. Lama-kelamaan, pasti akan berkerumun juga teman-teman yang menyukai kita. Bila ada masjid sepi, kita lah yang memakmurkannya. Bila di kampung itu jarang terdengar suara bacaan Al-Quran, kita lah yang melantunkannya. Sederhana saja, tapi kadang butuh mental yang kokoh. Dan ternyata, asal ada ilmu, dan kita selalu mendekatkan diri kepada Allah, mental kuat itu akan dengan sendirinya menjadi milik kita. Percaya deh.
Duhai, betapa benar ungkapan Imam Syafi'i,
Sesungguhnya pemuda sejati adalah yang berilmu dan bertakwa…
(ustadz abu umar basyir)
Sumber : Majalah Elfata

3 komentar: